Minggu, 30 Oktober 2016

Michael Dell Yakin "Internet of Things" Akan Jadi Revolusi Berikutnya

Michael Dell, pendiri dan CEO perusahaan Dell, yang kini berubah nama menjadi Dell Technologies setelah mengakuisisi EMC, menyampaikan visi masa depannya.



Menurut pria yang pernah menjadi CEO termuda dalam jajaran Fortune 500 yang saat itu berusia 19 tahun itu, ke depan, Internet of Things (IoT) benar-benar akan menjadi revolusi industri berikutnya.

"Sekarang adalah era Internet of Things (IoT), segalanya terkoneksi ke internet. Dunia yang cerdas berdenyut dengan kekuatan pemrosesan cepat dan serba terkoneksi," kata Dell saat membuka perhelatan tahunan Dell EMC World 2016 di Austin Convention Center, Austin, Texas, AS, Rabu (19/10/2016).

Internet of Things yang dimaksud Dell adalah peralatan yang terkoneksi dengan internet. Tak hanya smartphone dan laptop, perangkat seperti arloji, sepeda, kulkas, televisi, dan pendeteksi suhu termasuk dalam ekosistem IoT. Selama perangkat tersebut terhubung dengan internet.

"Inilah yang dinamakan dengan revolusi industri berikutnya. Lompatan quantum berikutnya dalam sejarah perkembangan manusia," lanjut Dell.

Beberapa produk teknologi sebagai penanda zaman telah dikembangkan. Seperti virtual reality (realitas virtual) dan augmented reality (realitas yang diperkaya), yang akan mendefinisikan ulang tentang konsep kerja, belajar, dan bermain.



KOMPAS.COM/AMIR SODIKIN
Suasana di salah satu booth di ajang Dell EMC World 2016 yang digelar di Austin Convention Center, Austin, Texas, Amerika Serikat, Kamis (20/10/2016). Virtual reality dan augmented reality telah menjadi penanda zaman menuju revolusi industri berikutnya.
"Bersama-sama kita telah mengevolusi teknologi untuk membantu dunis bisnis di muka bumi ini. Bagaimana kita hidup, bagaimana kita belajar, bagaimana kita berperan, bagaimana kita berkomunikasi, bagaimana kita membuat keputusan, bagaimana kita mengintegrasikan, dan bagaimana berinteraksi dengan dunia kita dan dengan sesama pada tingkat yang fundamental," kata Dell.

Dell memiliki keyakinan jika kita ingin membangun teknologi yang benar, kita bisa mengamplifikasi dan meningkatkan masa depan manusia.

"Dan saat saya melihat apa yang terbentang ke depan, saya meyakini bahwa kita benar-benar baru nyaris memulai sesuatu dengan pendekatan kecerdasan buatan," kata Dell.

Kecerdasan atau intelijensia buatan telah tersematkan pada setiap aspek fisik dunia kita. Menurut Dell, kita telah memiliki sekitar delapan miliar peralatan IoT yang terkoneksi di dunia ini. Semuanya akan membutuhkan pengembangan teknologi visioner.

Sekitar 15 tahun dari sekarang, diprediksikan jumlah peralatan yang akan terkoneksi akan meningkat menjadi 200 miliar atau lebih, sekitar 25 kali dari jumlah manusia di planet ini. Semua peralatan dengan berbagai sensor, akan menyediakan akses ke pusat aplikasi digital baru, menciptakan sumber daya informasi yang masif.

DELL EMC WORLD 2016
Pendiri dan CEO Dell Technologies, Michael Dell, saat membuka ajang Dell EMC World 2016, di Austin Convention Center, Austin, Texas, Amerika Serikat, Rabu (19/10/2016). Ini adalah event pertama setelah Dell mengakuisisi EMC.
Dell juga menyebut, dengan inovasi berbasis teknologi guna membangun dunia yang lebih baik, akan menjadi peluang terbesar generasi sekarang ini untuk berkontribusi nyata.
Dengan memanfaatkan data informasi raksasa yang tersebar di berbagai perangkat, baik dalam waktu riil maupun pada serial waktu tertentu, bisa meningkatkan wawasan manusia yang lebih baik, guna membangun dunia yang lebih baik lagi.

"Itulah peluang bagi generasi kita, ini mungkin akan menjadi peluang terbesar dalam sejarah dunia. Untuk bisa memenuhi peluang ini, keharusan inovasi bisa dilakukan dengan meningkatkan kekuatan pemrosesan, meningkatkan lebar pita, atau dengan meningkatkan kapasitas," kata Dell.

Dalam visi ke depannya, Dell berkeyakinan, semuanya akan meningkat sekitar 10 kali lipat setiap lima tahun sekali. Itu artinya, dalam 15 tahun ke depan dari sekarang, kita akan memiliki 1.000 kali peningkatan dalam hal kekuatan pemrosesan, kecepatan, efisiensi, dan kapasitas jika dibandingkan dengan yang telah kita miliki saat ini.

Sehari setelah acara pembukaan, Kamis (19/10/2016), Michael Dell berkesempatan menerima tujuh jurnalis dari Asia Pasifik, termasuk dari Kompas.com sebagai wakil Indonesia, untuk menjawab berbagai pertanyaan. Apa saja yang dikemukakan Dell, nantikan berita selanjutnya di KompasTekno.

Nintendo Switch, Konsol Game "Bongkar Pasang" Dirilis Tahun Depan

 Lebih dari setahun lalu, Nintendo sempat menyebut soal "Project NX", yakni platform game yang digadang-gadang bakal berkonsep baru. Kala itu Nintendo belum mau mengumbar informasi detail soal proyek misterius itu.



Baru sekarang pabrikan Jepang itu mau buka-bukaan. Melalui sebuah video berdurasi sekitar 3 menit, Nintendo memamerkan platform teranyarnya bertajuk "Nintendo Switch".

Konsol tersebut dijadwalkan meluncur pada Maret 2017 mendatang, sebagaimana dilaporkan ArsTechnica dan dihimpun KompasTekno, Jumat (21/10/2016).

Sesuai rumor yang beredar, konsep baru yang dimaksud Nintendo adalah konsol bersistem hibrida. Bersifat portable, konsol bisa sekaligus didudukkan pada sebuah konektor untuk menghubungkannya ke layar televisi yang lebih besar.

Controller bongkar pasang

Ada dua controller bernama "Joy-Con" yang berperan penting untuk memenuhi beragam opsi gameplay pengguna. Joy-Con bisa dilepaskan dari sisi kanan dan kiri konsol sesuai kebutuhan.

Pengguna bisa merasakan pengalaman bermain di depan televisi, bermain secara portable, serta bermain dengan teman baik di depan televisi maupun secara mobile.

Selain Joy-Con, ada juga Switch Pro Controller yang bentuknya lebih tradisional dan familiar. Controller analog tersebut bisa menjadi opsi ketika pengguna ingin menjajal game di rumah.

"Sistem Nintendo Switch memungkinkan pengguna bermain dengan judul yang sama kapan pun, di mana pun, dan dengan siapa pun yang mereka pilih," begitu kata perwakilan Nintendo.

Belum diketahui spesifikasi detil dari konsol game "bongkar-pasang" tersebut. Yang jelas, Nvidia menjamin Tegra terpilih sebagai prosesor Nintendo Switch.

Pada video, ada sebuah scene yang memperlihatkan pengguna memasukkan kartu memori pada sisi atas konsol. Hal ini seakan mengonfirmasi rumor bahwa konsol tersebbut tak lagi mendistribusikan game fisik pada disc.

Beberapa game yang muncul pada video adalah The Legend of Zelda, Mario Kart, Super Mario, dan Splatoon. Ada juga game pihak ketiga seperti Skyrim dan NBA 2K. Selengkapnya, berikut video soal Nintendo Switch.

Facebook Uji "ChatBot" di Indonesia, Bisa Pesan Kopi via Messenger

Sebuah gerai kecil di salah satu pojok ruangan turut meramaikan gelaran acara Mobile Moves Commerce yang digelar Facebook di Jakarta, Kamis (20/10/2016).



Hadirin undangan bisa mendapatkan aneka minuman kopi secara gratis dari geraitersebut. Tapi lucunya, pemesanan dilakukan melalui aplikasi chatting Facebook Messenger.

Peminat diharuskan memberikan "like" terlebih dahulu ke laman Mobile Moves Cafe di Facebook, lalu mengklik tombol "send message" untuk "ngobrol" dengan pengelola laman tersebut melalui aplikasi persan instan Messenger.

Jendela chatting pun terbuka dan akun Mobile Moves Cafe menawarkan menu berisi minuman kopi yang bisa dipesan. Menu ini berupa rangkaian tombol di bawah layar baris teks.

Usai memilih, akun Mobile Moves Cafe mempersilakan peminat untuk menunggu selagi pesanan diramu.

Notifikasi akan diberikan begitu minuman sudah siap. Selanjutnya, tinggal berjalan ke counter dan mengambil pesanan.

Ternyata robot

Kecuali pembuatan minuman yang masih ditangani oleh manusia staf gerai bersangkutan, keseluruhan proses pemesanan di atas dilakukan oleh program otomatis alias chatbot yang berjalan melalui Messenger.

Dengan kata lain, saat membuka jendela chatting dengan akun Mobile Moves Cafe, pengguna sebenarnya sedang berinteraksi dengan "robot".

Chatbot tadi menyodori menu kepada pelanggan, mencatat pesanan, lalu menyampaikannya ke staf gerai yang kemudian bekerja membuat minuman.


Oik Yusuf/ KOMPAS.com
Chatbot Facebook melayani pesanan pengguna secara otomatis melalui aplikasi Messenger


Country Director Faceook untuk Indonesia, Sri Widowati, mengatakan pihaknya memang sengaja memajang gerai Messenger tersebut untuk mendemonstrasikan kemampuan "bot" besutan Facebook.

"Ini semacam sosialisasi untuk memperkenalkan produk-produk kami ke para partner," ujar Sri.

Sang robot program otomatis memang ditujukan untuk pemilik bisnis seperti gerai kopi di atas.

Chatbot yang pertama kali diperkenalkan dalam konferensi F8 Facebook, April lalu itu bisa menggantikan peranan manusia dalam hal komunikasi dengan pelanggan via Messenger.

Sang program pintar bisa berlaku layaknya manusia sungguhan dalam menanggapi pelanggan.

Selain kalimat terstruktur layaknya dalam percakapan, chatbot Messenger mampu mengirim gambar, tautan, dan tombol action seperti yang dipakai memesan kopi tadi.

Baca juga: Cara Stop WhatsApp Serahkan Data Anda ke Facebook

Uji coba di Indonesia

Sri mengaku pihaknya saat ini sedang mengujicoba chatbot Messenger di Indonesia bersama dengan sejumlah perusahaan rekanan, namun dia menolak mengungkapkan siapa saja partner yang dimaksud.


Oik Yusuf/ KOMPAS.com
Salah satu kedai kopi di Jakarta memasok minuman untuk counter di acara Facebook tersebut.
"Sekarang masih beta testing," ujar Sri. "Nanti meluncur dalam waktu dekat. Kami akan umumkan lagi," tambah dia.

Dari pengamatan KompasTekno, gerai dalam acara tersebut dibuka melalui kerja sama dengan Bear and Co., salah satu kafe yang berlokasi di wilayah Jakarta Pusat.

Meski mengenalkan chatbot Messenger melalui kedai kopi, Sri menegaskan program otomatis tersebut bisa digunakan oleh segala macam bisnis, tak terbatas pada satu kategori saja.

"Pokoknya, bisa dipakai oleh semua jenis perusahaan yang perlu berhubungan dengan konsumen," tandasnya.